Kesehatan Mental Menurut Aliran Humanistik Dan Pendapat Allport
BAB III
ALIRAN HUMANISTIK
A. Kesehatan Mental Menurut Aliran
Humanistik
Menurut
aliran humanistik kepribadian yang sehat adalah individu dituntut untuk
mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja
mengandalkan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan
memeberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baikdan benar sehingga
menghasilkan respon individu yang bersifat pasif. Kepribadian sehat adalah
kepribadian yang mengarah pada aktualisasi diri. Perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1.
Menjalain hidup
seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2.
Mencoba hal-hal
baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3.
Lebih memperhatikan
perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otorits,
atau mayoritas.
4.
Jujur;
menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5.
Siap menjadi
orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6.
Memikul tanggung
jawab.
7.
Bekerja keras
untuk apa saja yang ingin dilakukan .
8.
Mencoba mengidentifikasi
pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan
diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh
pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan
keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati
nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi
kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan
nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik,
manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa
lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus
berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial
menghambat.
Gambaran ahli
psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan.
Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya,
mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan
yang ada.
Aliran
Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara
sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi
maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Dari teori diatas
dapat disimpulkan bahwa kepribadian
sehat yaitu kepribadian yang diharapkan oleh banyak orang. Dengan kepribadian
sehat seseorang mampu melakukan segala aktivitas serta kegiatan positive
lainnya. Kepribadian sehat menurut teori humanistik adalah dimana seseorang
mampu mengembangkan semua potensi yang ada dalam dirinya. Ciri dari kepribadian
sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu
yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri
adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena
setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala
sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
B.
Perbedaan kepribadian sehat menurut aliran Psikoanalisa, Behaviorisme dan
Humanistik
1. PSIKOANALISA
Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar
(id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini juga mengabaikan potensi
yang dimiliki oleh manusia, selain itu juga berpendapat bahwa manusia adalah
makhluk yang berkeinginan (homo volens).Dalam pandangan Freud, semua perilaku
manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang tersembunyi (pikiran)
adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya. Terdapat peristiwa mental
yang kita sadari dan tidak kita sadari.Pandangan kaum psikoanalisa, hanya
memberi kepada kita sisi yang sakit dari kodrat manusia, karana hanya berpusat
pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis.
Aliran ini mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan
kepribadian yang sehat; atau kebribadian yang paling buruk dari kodrat manusia,
bukan yang paling baik. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang
kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan
biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah.
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah.
Superego berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama dorongan
seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan
realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.Secara umum
perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan,
menolak kesakitan dan mencari kenikmatan. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan
seksual mengarah pada perilaku neurosis. Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak
berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi
selama proses perilaku.
2. BEHAVIORISME
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam
suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan
hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu
organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak
spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
Jadi, manusia dilihat oleh para behavioris sebagai orang-orang yang memberikan
respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan manusia di anggap
tidak memiliki diri sendiri.
Behaviorisme menekankan perspektif psikologi pada tingkah laku manusia,
yakni bagaimana individu dapat memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih
terampil, dan menjadi lebih mengetahui. Behaviorisme memandang individu sebagai
makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman, dan
pemeliharaan atas bentuk perilakunya. Tujuan aliran psikologi Behaviorisme
adalah mencoba memprediksi dan mengontrol perilaku manusia sebagai introspeksi
dan evaluasi terhadap tingkah laku yang dapat diamati, bukan pada ranah
kesadaran.
Hakikat aliran Behaviorisme adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu.
Hakikat aliran Behaviorisme adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu.
Kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah
laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Menurut B.F.
Skinner, cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan
melakukan penguatan (reinforcement) dan pemberian hukuman (punishment). Jadi,
yang menjadi prinsip umum dalam aliran Behaviorisme adalam tingkah laku sebagai
objek, refleks atas semua bentuk tingkah laku, dan pembentukan kebiasaan dalam
individu.
3. HUMANISTIK
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk
mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja
mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan
memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar
sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri.
Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki
potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri
lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui
kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat. Gambaran ahli
psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan.
Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya,
mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan
yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk
berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna
meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan
perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan
perilaku mereka.
PENDAPAT ALLPORT
A. Perkembangan Proprium Sebagai Dasar
Perkembangan Kepribadian Yang Sehat
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan
kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan “diri”,
dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan
membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang
dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk
sifat “propriate” seperti dalam kata ‘appropriate”. Proprium menunjukan kepada
sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang.
Proprium itu berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui
tujuh tingkatan “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul
sepenuhnya, maka segi-segi tersebut telah dipersatukan dalam satu konsep
proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya
proprium ini merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang
diri; perasaan tentang diri bukan merupakn bagian dari warisan keturunan kita.
Bayi tidak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Ketika
bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang lain, dan benda-benda,
perbedaan itu menjadi lebih jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah
tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah identitas-diri.
Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas-diri. Anak
mulai sadar akan identitas dirinya yang berlangsung terus bagi seorang yang
terpisah. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas-diri
adalah nama orang. Nama itu menjadi lambing dari kehidupan seseorang yang
mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.
Tingkat ketiga dalam proprium adalah timbulnya harga-diri. Pada tingkat
ini, anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin
tahunya tentang lingkungan, memanipulasi dan mengubah lingkungan itu. Allport
percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkatan perkembangan yang menentukan;
apabila orangtua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan
harga diri yang akan timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan
dihina dan marah. Inti dari munculnya harga-diri ialah kebutuhan anak akan
ekonomi.
Tingkat perkembangan diri berikutnya, yaitu perluasan diri (self extension),
mulai dari sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain
dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah
milik anak tersebut. Anak mempelajari arti dan nilai dari milik seperti
terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”, “rumahku”, “sekolahku’.
Ini adalah permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas
dirinya, untuk tidak hanya memasukkan benda-benda tetapi juga
abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Gambaran ini (atau rangkaian gambaran-gambaran) berkembang dari interaksi-interaksi antar orangtua dan anak.lewat pujian, dan hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah lau-tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua ini, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab, moral, serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intense-intensi. Diri sebagai Pelaku Rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Anak belajar bahwa ia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Gambaran ini (atau rangkaian gambaran-gambaran) berkembang dari interaksi-interaksi antar orangtua dan anak.lewat pujian, dan hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah lau-tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua ini, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab, moral, serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intense-intensi. Diri sebagai Pelaku Rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Anak belajar bahwa ia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan Proprium (Propriate Striving). Dalam masa adolesensi,
perjuangan proprium (propriate striving) ─ tingkat terakhir dalam perkembangan
diri (selfthood) ─ timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan masa
yang sangat menentukkan. Pertanyaan “Siapakah saya’ adalah sangat penting. Segi
yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan
hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan
masa depan, tujuan-tujuan dan mimpi-mimpi jangka panjang. Berbarengan denga ini
ialah, perkembangan dari daya dorong ke depan. Intense-intensi,
aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang
matang. “Sasaran-sasaran yang menentukkan’ ini dalam pandangan Allport sangat
penting untuk kepribadian sehat. Suatu kegagalan atau suatu kekecewaan yang
hebat pada setiap tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya
serta menghambat integrasi harmonis dari tingkat-tingkat itu dalam proprium.
B. Ciri-ciri Kepribadian Yang Matang
Menurut Allport
Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang
dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang
mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi
fungsional.Kualitas kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:
1.
Ekstensi sense
of self
Adalah
kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas,
kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain, kemampuan merencanakan
masa depan dengan penuh harapan dan rencana, kemampuan mengerjakan sesuatu
secara aktif. Semakin banyak seseorang terlibat dalam kegiatan maka semakin
sehat secara psikologis juga dia.
2.
Hubungan
hangat/akrab dengan orang lain
Adalah
kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion
(pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang atau
suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan
semua bangsa)
3.
Penerimaan
diri/ Keamanan emosional
Adalah
kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebihan dalam hal-hal yang menyinggung
dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi,
kontrol diri atau dapat mengontrol emosi mereka, perasaan proporsional.
4.
Pandangan-pandangan
realistis, keahlian dan penugasan
Adalah
kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Mereka memandang dunia mereka
secara objektif dan menerima realitas sebagaimana adanya.
5.
Keterampilan-keterampilan
dan tugas-tugas
Adalah kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian serta
tanggung jawab penuh dalam penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai
persoalan tanpa panik, memiliki dedikasi dan komitmen yang kuat dalam
penyelesaiaan tugas dan keterampilan tersebut.
6.
Objektifikasi
diri: insight dan humor
Adalah
kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Orang
yang sehat adalah yang terbuka pada pendapat orang lain, memiliki pandangan
yang positif dan memiliki wawasan diri yang tinggi terhadap dirinya dalam
merumuskan suatu gambaran yang objektif. Selain itu adanya korelasi yang tinggi
antara wawasan diri dengan humor, humor tidak sekedar menikmati dan tertawa
tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada
keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
7.
Filsafat Hidup
Orang yang
sehat melihat kedepan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana jangka panjang
maka daripada itu dibutuhkannya suatu nilai-nilai dan suara hati yang kuat
untuk dapat mencapai semuanya itu.
Sumber:
Schultz,Duane.(1991). Psikologi Pertumbuhan.Yogyakarta: Kanisius.
Sarwono,S.W.(2002). Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan
Tokoh-Tokoh Psikologi.
Jakarta
: Bulan Bintang.
Komentar
Posting Komentar