Psikoterapi
A. Pengertian Psikoterapi Menurut Para
Ahli
1.
Lewis R. Worberg M.D
dalam bukunya yang berjudul The Technique Psychotherapy,
mengatakan psikoterapi adalah perasaan dengan menggunakan alat-alat psikologi
terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli
secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan:
menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada. Memperantarai
(perbaikan) pola tingkah laku yang rusak. Meningkatkan pertumbuhan serta
perkembangan kepribadian yang positif.
2.
Warson dan Morse
Psikoterapi adalah bentuk khusus dari interaksi antara dua orang pasien dan terapis pada mana memiliki dari interaksi. Karena mencari bantuan psikologis dan terapi menyusun interaksi dengan menggunakan dasar psikologis untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan, dan tindakannya.
3.
Corsini
Psikoterpai adalah proses formal dari interaksi antara dua
pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapin ada kemungkinan
terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki
keadaan yang tidak menyenangkan pada salah satu dari kedua pihak.
B. Perbedaan Konseling
dan Psikoterapi
Konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bertujuan pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien.
Sedangkan psikoterapi
merupakan interaksi sistematis anatar klien dan terapis yang memanfaatkan prinsip
psikologis, untuk membantu klien pengubahan pikiran, perasaan dan perilaku
klien, dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan secara perkembangan kepribadian
yang positif.
C. Essay Tentang Psikoterapi
Terapi Insomnia
Tidur merupakan
bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, rata-rata hampir seperempat
hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan bukan
suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat. Tidur merupakan proses yang
diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan
sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh
untuk beristirahat, maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan
biokimiawi tubuh. Disamping itu tidur bagi manusia dapat mengendalikan irama
kehidupan sehari-hari. Salah satu fungsi tidur yang paling utama adalah untuk
memungkinkan sistem syaraf pulih setelah digunakan selama satu hari. Dalam The
World Book Encyclopedia, dikatakan tidur memulihkan energi kepada tubuh,
khususnya kepada otak dan sistem syaraf (Mass, 2002)Beberapa penelitian yang
ditulis di situs www.indomedia.com.
menyebutkan bahwa orang Indonesia tidur rata-rata pukul 22.00 dan bangun pukul
05.00 keesokan harinya. Penelitian terhadap kelompok anak-anak muda di Denpasar
menunjukkan 30-40% aktivitas mereka untuk tidur. Sedang penelitian yang
dilakukan oleh Liu et.al (2000) di Jepang disebutkan 29% responden tidur kurang
dari 6 jam, 23% merasa kekurangan dalam jam tidur 6% menggunakan obat tidur, 21
% memiliki prevalensi insomnia dan 15 % memiliki kondisi mengantuk yang parah
pada siang harinya. Setiap orang pada dasarnya pernah mengalami insomnia.
Sebuah survey yang dilakukan oleh National Institut of Health di Amerika
menyebutkan bahwa pada tahun 1970, total penduduk yang mengalami insomnia 17%
dari populasi, presentase penderita insomnia lebih tinggi dialami oleh orang
yang lebih tua, dimana 1 dari 4 pada usia 60 tahun mengalami sulit tidur yang
serius (Chopra, 1994).Survey epidemilogi yang dilakukan oleh Melinger (Morin,
1992. Lacks, 1992) menunjukkan bahwa 35% dari populasi diindikasikan mengalami
insomnia selama satu tahun terakhir dan 10% mengalami gangguan insomnia 6 bulan
terakhir. Dari survey tersebut juga disimpulkan bahwa wanita, orang yang lebih
dewasa, dan mereka yang memiliki sosial ekonomi yang rendah lebih banyak
mengalami gangguan tidur.Kurang tidur dapat membahayakan bagi diri kita dan
orang lain. Seseorang yang kurang tidur lalu mengemudi mobil sendiri sering
mengalami kecelakaan fatal. Kurang tidur dapat pula mengakibatkan masalah dalam
keluarga dan perkawinan, karena kurang tidur dapat membuat orang cepat marah
dan lebih sulit diajak bergaul (Parmet, 2003). Bila tidur kurang lelap, maka
kita akan merasa letih, lemah, dan lesu pada saat bangun. Kehilangan jam tidur
meskipun sedikit, mempunyai akibat yang sangat mempengaruhi bagi semangat,
kemampuan konsentrasi, kinerja, produktivitas, ketrampilan komunikasi, dan
kesehatan secara umum, termasuk sistem gastrointestinal, fungsi kardiofaskuler,
dan sistem kekebalan tubuh.Orang yang tidak tidur kehilangan energi dan lekas
marah, orang yang dua hari tidak tidur akan sulit berkonsentrasi untuk waktu
yang lama. Banyak kesalahan akan dibuat, terutama dalam tugas-tugas rutin, dan
kadang ia tidak mampu memusatkan perhatian. Orang yang tidak tidur lebih dari
tiga hari akan sulit berpikir, melihat, dan mendengar dengan jelas. Beberapa
orang akan mengalami periode halusinasi, yaitu mereka melihat hal-hal yang sebenarnya
tidak ada. Hasil tes memperlihatkan setelah seseorang tidak tidur selama empat
hari, ia hanya dapat melakukan sedikit tugas rutin. Tugas-tugas yang menuntut
perhatian atau bahkan kegesitan mental yang minimum, akan menjadi sulit
ditangani. Setelah empat setengah hari ada gejala mengigau dan dunia di
sekelilingnya menjadi sangat aneh di matanya.
Tidur
Tidur adalah
suatu fenomena biologis yang terkait dengan irama alam semesta, irama sirkadian
yang bersiklus 24 jam, terbit dan terbenamnya matahari, waktu malam dan siang
hari, Tidur merupakan kebutuhan manusia yang teratur dan berulang untuk
menghilangkan kelelahan jasmani dan kelelahan mental (Panteri, 1993).Manusia
memakai sepertiga waktunya untuk tidur. Tidur merupakan perilaku normal ketika
individu kehilangan kontak dengan lingkungannya untuk sementara. Pada waktu
tidur individu menutup matanya, pupil mengecil, otot melemas, denyut jantung
melemah, tekanan darah menurun dan metabolisme tubuh melambat (Kedja,
1990).Menurut Panteri (1993) neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai
tahapan-tahapan tidur dengan poligrafi tidur yaitu electroenchelograph,
electrocardiograph, dan electromiograph. Pada saat berbaring dalam keadaan
masih terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak beta yang bercirikan frekuensi
yang cepat yaitu lima belas hingga dua puluh putaran per detik dan bertegangan
rendah yaitu kurang dari lima puluh mikrovolt. Selanjutnya dalam keadaan yang
lelah dan siap tidur mulai untuk memejamkan mata, pada saat ini gelombang otak
yang muncul mulai melambat frekwensinya, meninggi tegangannya dan menjadi lebih
teratur. Gelombang ini dinamakan gelombang alpha yang memiliki 8 hingga
12 putaran per detik yang menggambarkan keadaan santai, tidak tegang tapi
terjaga. Setelah beberapa menit dalam keadaan alpha kecepatan napas mulai
melambat. Ini adalah transisi tidur awal (tidak nyenyak) yang ditandai oleh
gelombang theta 50 hingga 100 mikrovolt, 4 hingga 8 putaran per detik. Dalam
keadaan permulaan tidur ini, denyut jantung melambat dan menjadi stabil, napas
menjadi pendek-pendek dan teratur. Tahap ini dapat berlangsung dari sepuluh
detik hingga 10 menit dan kadang disertai dengan citra visual yang disebut
halusinasi hipnagogik, karena otot rangka tiba-tiba mengendur dan kadang
mengalami sensasi seperti jatuh, yang menyebabkan kita terbangun sebentar
dengan gerakan yang menyentak, keadaan ini dinamakan tidur tahap pertama.Tidur
tahap kedua ditandai dengan gelombang otak theta dengan disertai munculnya
gelombang tunggal dengan amplitudo tinggi dan munculnya sleep spidle (jarum
tidur, karena terlihat di monitor atau kertas perekam yang menunjukkan
aktivitas otak). Pada tahap ini gerakan dan ketegangan otot menurun berlangsung
sekitar 10 hingga 20 menit menandai permulaan tidur yang sebenarnya. Pada tahap
ini seseorang biasanya tidak dapat merespon rangsang dari luar, dan
rata-rata bila seseorang dibangunkan pada tahap ini akan merasa betul-betul
telah tertidur.Tahap selanjutnya setelah 20–30 menit adalah memasuki tahap
ketiga yaitu kombinasi theta dan delta (tegangan tinggi dengan frekuensi sangat
rendah). Segera setelah tahap ke tiga ini dilanjutkan dengan tahap ke empat
yaitu hilangnya sama sekali gelombang theta dan tinggal yang ada gelombang
delta dengan 0,5–2 putaran per detik, amplitudo 100–200 mikrovolt. Dalam tidur
delta ini relaksasi otot terjadi sepenuhnya, tekanan darah menurun, denyut nadi
dan pernafasan melambat. Pasokan darah ke otak berada pada batas
minimal.Kondisi tidur normal ini tidak selamanya dirasakan oleh seseorang yang
akan memasuki tidur. Gangguan dan kesulitan tidur seringkali mengganggu, baik
ketika memasuki tahap pertama tidur ataupun ketika tidur berlangsung. Gangguan
ini dapat terjadi karena adanya permasalahan psikis maupun fisik, yang dapat
menimbulkan kesulitan seseorang untuk memasuki keadaan tenang. Keadaan cemas
yang berlebihan akan menyebabkan otot-otot tidak dapat relaks dan pikiran tidak
terkendali.Gangguan tidur yang sering muncul dapat digolongkan menjadi 4 yaitu
: (1) insomnia; gangguan masuk tidur dan mempertahankan tidur, (2) hypersomnia;
gangguan mengantuk atau tidur berlebihan, (3) disfungsi kondisi tidur seperti
somnabolisme, night teror, dan (4) gangguan irama tidur.
Gangguan Tidur Insomnia
Insomnia
berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi insomnia
berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Selanjutnya dijelaskan bahwa insomnia
ada tiga macam, yaitu pertama, Initial Insomnia artinya gangguan tidur saat
memasuki tidur. Kedua, Middle Insomnia yaitu terbangun di tengah malam dan
sulit untuk tidur lagi. Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan
tidur saat bangun pagi (Hawari, 1990).The Diagnostic and Statistical of Mental
Disorder IV (DSM-IV) mendefinisikan gangguan insomnia primer adalah keluhan
tentang kesulitan mengawali tidur dan/atau menjaga keadaan tidur atau keadaan
tidur yang tidak restoratif minimal satu bulan terakhir (Espie, 2002).Menurut
Hoeve (1992), insomnia merupakan keadaan tidak dapat tidur atau terganggunya
pola tidur. Orang yang bersangkutan mungkin tidak dapat tidur, sukar untuk
jatuh tidur, atau mudah terbangun dan kemudian tidak dapat tidur lagi. Hal ini
terjadi bukan karena penderita terlalu sibuk sehingga tidak mempunyai
kesempatan untuk tidur, tetapi akibat dari gangguan jiwa terutama gangguan
depresi, kelelahan, dan gejala kecemasan yang memuncak.Insomnia adalah
ketidakmampuan atau kesulitan untuk tidur. Kesulitan tidur ini bisa menyangkut
kurun waktu (kuantitas) atau kelelapan (kualitas) tidur. Penderita insomnia
sering mengeluh tidak bisa tidur, kurang lama tidur, tidur dengan mimpi yang
menakutkan, dan merasa kesehatannya terganggu. Penderita insomnia tidak dapat
tidur pulas walaupun diberi kesempatan tidur sebanyak-banyaknya. Pada keadaan
normal, dari pemeriksaan kegiatan otak melalui elektro-ensefalografi (EEG),
sepanjang masa tidur terjadi fase-fase yang silih berganti antara tidur
sinkronik dan tidur asinkronik. Pergantian ini kira-kira setiap dua jam sekali.
Fase tidur sinkronik ditandai dengan tidur nyenyak, dengan tubuh dalam keadaan
tenang. Fase tidur asinkronik ditandai dengan kegelisahan dan reaksi-reaksi
jasmaniah lainnya, seperti gerakan-gerakan bola mata yang merupakan fase mimpi.
Orang normal yang tidurnya terganggu pada fase asinkronik akan merasa jengkel,
tidak puas, dan menjadi murung (schenck et al., 2003). Penderita insomnia
mengalami gangguan dalam masa peralihan dan kualitas dari fase-fase tidur,
terutama pada fase asinkronik. Dari penelitian ternyata bahwa saat yang
dianggap penderita sebagai terjaga di malam hari sebenarnya merupakan fase-fase
mimpi. Sebaliknya, beberapa masa tidur yang singkat sebenarnya merupakan tidur
yang sesungguhnya Insomnia dikelompokkan dalam tiga tipe. Tipe pertama adalah
penderita yang tidak dapat atau sulit tidur selama 1 sampai 3 jam pertama.
Namun, karena kelelahan akhirnya tertidur juga. Tipe ini biasanya dialami
penderita usia muda yang sedang mengalami kecemasan. Tipe kedua, dapat tidur
dengan mudah dan nyenyak, namun setelah 2 sampai 3 jam tidur terbangun.
Kejadian ini bisa berlangsung berulang kali. Tipe ketiga, penderita dapat tidur
dengan mudah dan nyenyak, namun pada pagi buta dia terbangun dan tidak dapat
tidur lagi. Ini biasa dialami orang yang sedang mengalami depresi. Insomnia
adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala
selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih
dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di
tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Seringkali penderita terbangun
lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur. Ada tiga
jenis gangguan insomnia, yaitu: susah tidur (sleep onset insomnia), selalu
terbangun di tengah malam (sleep maintenance insomnia), dan selalu bangun jauh
lebih cepat dari yang diinginkan (early awakening insomnia). Cukup banyak orang
yang mengalami satu dari ketiga jenis gangguan tidur ini (Liu et al., 1999).
Penyebab Insomnia
Insomnia bisa
disebabkan berbagai faktor, di antaranya karena hormonal, obat-obatan, dan
kejiwaan, bisa juga karena faktor luar misalnya tekanan batin, suasana kamar
tidur yang tidak nyaman, ribut atau perubahan waktu karena harus kerja malam.
Selain itu kopi dan teh yang mengandung zat perangsang susunan syaraf pusat,
tembakau yang mengandung nikotin, obat pengurus badan yang mengandung
amfetamin, adalah contoh bahan yang dapat menimbulkan kesulitan tidur. Banyak
ahli menyatakan, gangguan tidur tidak langsung berhubungan dengan menurunnya
hormone, namun kondisi psikologis dan meningkatnya kecemasan, gelisah, serta
emosi yang sering tidak terkontrol akibat menurunnya hormon estrogen, bisa
menjadi salah satu sebab meningkatnya risiko gangguan tidur.Morin (Espie, 2002)
menyebutkan penyebab insomnia yang utama adalah adanya permasalahan emosional,
kognitif, dan fisiologis. Ketiganya berperanan terhadap terjadinya disfungsi
kognitif, kebiasaan yang tidak sehat, dan akibat-akibat insomnia.
Terapi Relaksasi untuk
Mengurangi Gangguan Insomnia
Salah satu cara
untuk mengatasi insomnia adalah dengan metode relaksasi (Woolfolk et al. 1983).
Relaksasi adalah salah satu teknik di dalam terapi perilaku yang pertama kali
dikenalkan oleh Jacobson, seorang psikolog dari Chicago yang mengembangkan
metode fisiologis melawan ketegangan dan kecemasan. Teknik ini disebutnya
relaksasi progresif yaitu teknik untuk mengurangi ketegangan otot (Levy dkk.,
1984). Jacobson berpendapat bahwa semua bentuk ketegangan termasuk ketegangan
mental didasarkan pada kontraksi otot (Sheridan dan Radmacher, 1992). Jika
seseorang dapat diajarkan untuk merelaksasikan otot mereka, maka mereka
benar-benar relaks. Latihan relaksasi dapat digunakan untuk memasuki kondisi
tidur karena dengan mengendorkan otot secara sengaja akan membentuk
suasana tenang dan santai. Suasana ini diperlukan untuk mencapai kondisi
gelombang alpha yaitu suatu keadaan yang diperlukan seseorang untuk memasuki
fase tidur awal. Dasar teori relaksasi adalah sebagai berikut: pada sistem
saraf manusia terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Fungsi
sistem saraf pusat adalah mengendalikan gerakan-gerakan yang dikehendaki,
misalnya gerakan tangan, kaki, leher, jari-jari, dan sebagainya. Sistem saraf
otonom berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan yang otomatis, misalnya fungsi
digestif, proses kardiovaskuler, gairah seksual, dan sebagainya. Sistem saraf
otonom terdiri dari sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang
kerjanya saling berlawanan. Sistem saraf simpatis bekerja meningkatkan
rangsangan atau memacu organ-organ tubuh, memacu meningkatnya detak jantung dan
pernafasan, menurunkan temperatur kulit dan daya hantar kulit, serta akan
menghambat proses digestif dan seksual. Sistem saraf parasimpatis menstimulasi
turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatis. Selama
sistem-sistem tersebut befungsi normal dalam keseimbangan, bertambahnya
akfivitas Sistem yang satu akan menghambat atau menaikan efek sistem yang lain.
Pada waktu individu mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah
sistem saraf simpatis, sedangkan pada waktu relaksasi yang bekerja adalah
sistem saraf parasimpatis, dengan demikian relaksasi dapat menekan rasa tegang
dan rasa cemas dengan cara resiprok, sehingga timbul counter conditioning dan
penghilangan (Prawitasari, 1988).Apabila individu melakukan relaksasi ketika ia
mengalami ketegangan atau kecemasan, maka reaksi-reaksi fisiologis yang
dirasakan individu akan berkurang, sehingga akan merasa rileks. Apabila kondisi
fisiknya sudah rileks, maka kondisi psikisnya juga tenang (Lichstein, et al.
1993).Teknik relaksasi sudah dikenal lama dan banyak digunakan dalam berbagai
terapi baik terapi permasalahan fisik maupun psikologis. Ada beberapa jenis
relaksasi yang sudah dikenal antara lain relaksasi progresif, relaksasi
diferensial dan relaksasi via letting go.
Kesimpulan
Tidur adalah
kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, gangguan tidur yang sering muncul
adalah insomnia. Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh
penderita dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan
secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur
atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Seringkali
penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali
tidur. Ada tiga jenis gangguan insomnia, yaitu: susah tidur (sleep onset
insomnia), selalu terbangun di tengah malam (sleep maintenance insomnia), dan
selalu bangun jauh lebih cepat dari yang diinginkan (early awakening insomnia).
Cukup banyak orang yang mengalami satu dari ketiga jenis gangguan tidur ini.
penyebab insomnia yang utama adalah adanya permasalahan emosional, kognitif,
dan fisiologis. Salah satu cara untuk mengatasi insomnia adalah dengan metode
relaksasi. Latihan relaksasi dapat digunakan untuk memasuki kondisi tidur
karena dengan mengendorkan otot secara sengaja akan membentuk suasana tenang
dan santai. Suasana ini diperlukan untuk mencapai kondisi gelombang alpha yaitu
suatu keadaan yang diperlukan seseorang untuk memasuki fase tidur.
Sumber:
Komentar
Posting Komentar