Bakat dalam membaca doa pada anak TK



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Untuk mengantisipasi dampak negatif media informasi yang merusak perlu adanya gerakan kembali kepada Al-qur’an dalam rangka menggali nilai-nilai Al-qur’an sebagai perisai guna membentengi diri dalam menghadapi budaya-budaya yang merusak moral. Belajar Al-qur’an hendaknya dilakukan dari semenjak dini sekitar 5 atau 6 tahun, sehingga ketika beranjak remaja anak diharapkan familiar dengan bacaan-bacaan Al-qur’an bahkan sudah mampu menghafal surat-surat pendek.Pada dasarnya pendidikan dan pengajaran yang dilakukan melalui praktik atau aplikasi langsung akan membiasakan kesan khusus dalam diri anak didik sehingga kekokohan ilmu pengetahuan dalam jiwa anak didik semakin terjamin. Bagaimanapun, aplikasi ilmu merupakan pendukung kebenaran ilmu itu sendiri, serta penentu diterimanya pencarian ilmu itu disisi Allah.
Latihan-latihan keagamaan dan pembiasaanya ituah yang harus lebih ditonjolkan, misalnya latihan ibadah sholat, doa, membaca Al-quran, menghafalkan ayat-ayat pendek, sholat berjamaah di mushola atau masjid, latihan dan pembiasaan ahlak atau ibadah sosial dan sebagainya. Dengan demikian lama kelamaan anak akan tumbuh rasa senang dan terdorong untuk melakukan ajaran-ajaran agama tanpa ada paksaan atau suruhan dari luar, tetapi justru merupakan dorongan dari dalam dirinya.
Al-qur’an adalah kitab suci paling terakhir yang diturunkan Allah, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang mempercayai al-qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkannya.
Dalam proses pendidikan, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana yang bermakna materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh peserta didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya. Dalam pembelajaran al-Qur’an di Sekolah Dasar pada kompetensi dasar membaca dan menulis huruf al-Qur’an, dari hasil evaluasi menunjukan masih rendahnya kemampuan siswa dalam membaca dan menulis huruf al-Qur’an.
Hal ini terlihat dari hanya sebagian kecil siswa yang mampu membaca dan menulis huruf al-Qur’an dengan baik dan benar. Selain itu, rendahnya aktifitas dan motivasi siswa dalam kegiatan belajar di dalam kelas akan menyulitkan pemahaman siswa dalam pembelajaran al-Quran pada tahap berikutnya. Agar mendapatkan hasil pendidikan yang baik, metode atau sistem pendekatan yang digunakan memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Sistem adalah pengkoordinasian (pengorganisasian) seluruh komponen serta kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan lebih dulu.
Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh tutor kepada siswa (tutee) untuk membantu kelancaran proses belajar madiri siswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar.
Visi Pendidikan Agama di sekolah umum adalah terbentuknya sosok anak didik yang memiliki karakter watak dan kepribadian dengan landasan iman dan ketaqwaan serta nilai akhlak atau budi pekerti yang kokoh dan tercermin dalam keseluruhan sikap dan perilaku sehari-hari dan selanjutnya memberi corak bagi pembentukan watak bangsa. Adapun diantara misinya yaitu menyelenggarakan Pendidikan Agama di Sekolah dengan mengintegrasikan aspek pengajaran, pengamalan, serta aspek pengalaman, bahwa kegiatan belajar mengajar di depan kelas, diikuti dengan pembiasaan pengamalan ibadah bersama di sekolah, kunjungan dan memperhatikan lingkungan sekitar serta penerapan nilai dan norma akhlak dalam perilaku sehari-hari.

B.     Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa surat pendek itu adalah salah satu perintah Allah S.W.T dalam Al’quran kepada manusia. Untuk bisa mengahafalkan, melafalkan, dan mengamalkan surat tersebut dalam kehidupan sehari hari membutuhkan proses. Untuk itu pemahaman surat pada anak usia dini itu sangatlah penting.
Melalui penjelasan diatas dapat ditentukan obyek penelitian yang menjadi permasalahan yaitu kemampuan menghafalkan surat pendek dari anak-anak TK. Peneliti akan mencoba untuk meneliti masalah tersebut untuk dikomparasikan sehingga diketahui titik kelemahan dan kekurangannya.
C.     Rumusan Masalah

- Apakah metode yang dapat memudahkan anak mengahafalkan surat-surat pendek Al-Quran?
- Apa faktor anak dapat dengan mudah menghafalkan surat-surat pendek Al-Quran?

D.    Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apa metode dan faktor yang dapat memudahkan anak menghafalkan surat-surat pendek Al-Quran.

E.     Manfaat Penelitian

-          Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru dan orangtua terhadap kemampuan menghafalkan surat pendek pada anak.



BAB II
DASAR TEORI

A.  Pentingnya Mengenalkan Agama pada Anak Usia Dini
Anak merupakan buah hati bagi masing-masing orang tuanya. Kehadirannya ditengah-tengah keluarga merupakan kebahagiaan tersendiri bagi sang orang tua. Namun sungguh sangat disayangkan, ada sebagian orang tua yang justru mereka kurang memperhatikan anaknya. Mereka justru lebih sibuk mengurusi pekerjaan mereka atau hal yang lainnya. Sehingga sang anak kurang mendapatkan kasih sayang dan juga bimbingan dari orang tuanya.
Mereka menganggap bahwasanya yang terpenting adalah kebutuhan materi bagi sang anak, apabila hal ini telah terpenuhi maka sudah cukup. Ini adalah merupakan suatu bentuk kekeliruan dari sang orang tua. Memang kebutuhan materi itu penting, namun yang lebih penting dari hal tersebut adalah kebutuhan rohani untuk sang anak. Kasih sayang dan juga bimbingan dari orang tua merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh sang anak. Dimana sang anak nanti akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan bimbingan mereka. Dan sang anak biasanya lebih banyak menyerap pendidikan dari orang tua. Maka orang tua itu kedudukannya adalah sebagai guru yang pertama dan paling utama bagi sang anak. 
Pendidikan bagi sang anak itu dimulai sejak sang anak masih kecil, dan masing-masing anak tentunya berbeda karakternya, sehingga tidak bisa disikapi dengan sikap yang sama. Ada sebagian anak yang mereka membutuhkan untuk diberikan sikap-sikap yang halus dan lembut, sehingga dalam mendidik mereka juga harus dengan kelembutan dan penuh dengan kasih sayang, tidak perlu menggunakan kekerasan. Namun adapula sebagian anak yang mereka membutuhkan untuk disikapi dengan keras dalam pendidikan, sehingga terkadang sang anak harus dipukul atau yang semisalnya, tapi hal ini tentunya sesuai dengan kadarnya dalam syariat. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kesabaran dalam mendidik sang anak. Dan peran orang tua sangatlah besar dalam hal ini.
Pendidikan anak adalah perkara yang sangat penting di dalam Islam. Di dalam Al-Quran kita dapati bagaimana Allah menceritakan petuah-petuah Luqman yang merupakan bentuk pendidikan bagi anak-anaknya. Begitu pula dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita temui banyak juga bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak, baik dari perintah maupun perbuatan beliau mendidik anak secara langsung.

Seorang pendidik, baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri islam.
Tentang perkara ini, Allah azza wa jalla berfirman,
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآَمَنُواقُواأَنْفُسَكُمْوَأَهْلِيكُمْنَارًاوَقُودُهَاالنَّاسُوَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6)
Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّكُمْرَاعٍوَمَسْئُوْلٌعَنْرَعِيَّتِهِ
“Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban”
Untuk itu -tidak bisa tidak-, seorang guru atau orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beberapa tuntunan tersebut antara lain:
1.    Menanamkan Tauhid dan Aqidah yang Benar kepada Anak
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam adzab neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّاللَّهَلَايَغْفِرُأَنْيُشْرَكَبِهِوَيَغْفِرُمَادُونَذَلِكَلِمَنْيَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki” (An- Nisa: 48)
Oleh karena itu, di dalam Al-Quran pula Allah kisahkan nasehat Luqman kepada anaknya. Salah satunya berbunyi,
يَابُنَيَّلَاتُشْرِكْبِاللَّهِإِنَّالشِّرْكَلَظُلْمٌعَظِيمٌ
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”.(Luqman: 13)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh ini ketika beliau mengajari anak paman beliau, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan. Ibnu Abbas bercerita,
“Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia)berkumpul untuk mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat, dan telah kering lembaran-lembaran”.
Perkara-perkara yang diajarkan oleh Rasulllah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas di atas adalah perkara tauhid.
Termasuk aqidah yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini adalah tentang di mana Allah berada. Ini sangat penting, karena banyak kaum muslimin yang salah dalam perkara ini. Sebagian mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana. Sebagian lagi mengatakan bahwa Allah ada di hati kita, dan beragam pendapat lainnya. Padahal dalil-dalil menunjukkan bahwa Allah itu berada di atas arsy, yaitu di atas langit. Dalilnya antara lain,
“Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” (Thaha: 5)
Makna istiwa adalah tinggi dan meninggi sebagaimana di dalam riwayat Al-Bukhari dari tabi’in.
Adapun dari hadits,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab, “Allah di langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab, “Engkau Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah”. (HR. Muslim dan Abu Daud).
2.    Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah
Hendaknya sejak kecil putra-putri kita diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa serta beragam ibadah lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صَلُّواكَمَارَأَيْتُمُونِيأُصَلِّي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Al-Bukhari).
“Ajarilah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berusia sepuluh tahun (bila tidak mau shalat-pen)” (Shahih. Lihat Shahih Shahihil Jami’ karya Al-Albani).
Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insya Allah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
3.    Mengajarkan Al-Quran, Hadits serta Doa dan Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak
Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan surat-surat yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru khusus bagi mereka yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits. Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai menghapalkannya, seperti doa ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.
4.    Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia
Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll.
Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlaq lainnya.
5.    Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan
Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya.
Termasuk ke dalam permasalahan ini adalah musik dan gambar makhluk bernyawa. Banyak orangtua dan guru yang tidak mengetahui keharaman dua perkara ini, sehingga mereka membiarkan anak-anak bermain-main dengannya. Bahkan lebih dari itu –kita berlindung kepada Allah-, sebagian mereka menjadikan dua perkara ini sebagai metode pembelajaran bagi anak, dan memuji-mujinya sebagai cara belajar yang baik!
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda tentang musik,
لَيَكُونَنَّمِنْأُمَّتِيأَقْوَامٌيَسْتَحِلُّونَاَلْحِرَوَالْحَرِيْرَوَالْخَمْرَوَالْمَعَازِفَ
“Sungguh akan ada dari umatku yang menghalalkan zina, sutra, khamr dan al-ma’azif (alat-alat musik)”. (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Abu Daud).
Maknanya: Akan datang dari muslimin kaum-kaum yang meyakini bahwa perzinahan, mengenakan sutra asli (bagi laki-laki, pent.), minum khamar dan musik sebagai perkara yang halal, padahal perkara tersebut adalah haram.
Dan al-ma’azif adalah setiap alat yang bernada dan bersuara teratur seperti kecapi, seruling, drum, gendang, rebana dan yang lainnya. Bahkan lonceng juga, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Lonceng itu serulingnya syaithan”. (HR. Muslim).
Adapun tentang gambar, guru terbaik umat ini (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) telah bersabda,
كُلُّمُصَوِّرٍفِيالنَّارِ،يَجْعَلُلَهُبِكُلِّصُوْرَةٍصَوَّرَهَانَفْسًافَتُعَذِّبُهُفِيجَهَنَّمَ
“Seluruh tukang gambar (mahluk hidup) di neraka, maka kelak Allah akan jadikan pada setiap gambar-gambarnya menjadi hidup, kemudian gambar-gambar itu akan mengadzab dia di neraka jahannam”(HR. Muslim).
إِنِّأَشَدَّالنَّاسِعَذَاباًعِنْدَاللهِيَوْمَالْقِيَامَةِاَلْمُصَوِّرُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang paling keras siksanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah para tukang gambar.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu hendaknya kita melarang anak-anak kita dari menggambar mahkluk hidup. Adapun gambar pemandangan, mobil, pesawat dan yang semacamnya maka ini tidaklah mengapa selama tidak ada gambar makhluk hidupnya.
6.    Menanamkan Cinta Jihad serta Keberanian
Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membebaskan negeri-negeri.
Tanamkan pula kepada mereka kebencian kepada orang-orang kafir. Tanamkan bahwa kaum muslimin akan membebaskan Al-Quds ketika mereka mau kembali mempelajari Islam dan berjihad di jalan Allah. Mereka akan ditolong dengan seizin Allah.
Didiklah mereka agar berani beramar ma’ruf nahi munkar, dan hendaknya mereka tidaklah takut melainkan hanya kepada Allah. Dan tidak boleh menakut-nakuti mereka dengan cerita-cerita bohong, horor serta menakuti mereka dengan gelap.
7.    Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i
Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan aurat.
Tentang hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْتَشَبَّهَبِقَوْمٍفَهُوَمِنْهُمْ
“Barangsiapa yang meniru sebuah kaum, maka dia termasuk mereka.” (Shahih, HR. Abu Daud)
Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah agar mereka mengenakan kerudung penutup kepala sehingga ketika dewasa mereka akan mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’
Secara umum anak usia dini memiliki sifat dan karakter yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, maka dari itu untuk mempersiapkan anak supaya mempunyai karakter yang baik, anak perlu diberikan pendidikan yang berkarakter agar ketika anak dewasa akan menjadi terbiasa untuk melakukan perilaku berdoa dalam kesehariannya. Di lingkungan Taman Kanak-kanak anak diajak untuk berdoa pada saat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, dan perilaku berdoa tersebut dilakukan terus menerus secara berkesinambungan agar anak bisa membiasakan untuk berperilaku yang baik pada saat berdoa. Penerapan pembiasaan dapat dilakukan dengan membiasakan anak untuk mengerjakan halhal positif dalam kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan. Dengan melakukan kebiasaan yang positif setiap hari, anak dapat melakukan kebiasaan positif tersebut dengan sendirinya tanpa disuruh. Untuk menerapkan perilaku berdoa yang baik dan benar pada anak saat berdoa, guru dapat menggunakan strategi yang memungkinkan terbentuknya perilaku anak dalam berdoa dengan menengadahkan tangan, dengan pelafalan/pengucapan surah-surah pendek dan doa sehari-hari serta kaki disila yang dilandasi oleh moral dan agama agar anak bisa berperilaku yang sesuai dengan moral dan agama pada ajaran agama islam. Pembiasaan perilaku berdoa adalah perilaku yang ditunjukkan anak secara otomatis dan diperoleh dari hasil kegiatan berdoa yang dilakukan setiap hari atau berulang-ulang, hal ini menunjukkan bahwa pembiasaan memiliki keunikan sehingga dapat dikembangkan dan diterapkan kepada anak. Guru mengembangkan perilaku berdoa anak melalui pembiasaan, dan perilaku anak usia dini mencakup moral, disiplin, sikap beragama, sosial, emosi, dan konsep diri.
Sedangkan berdoa adalah suatu ibadah, melalui doa membuat hati jadi lembut, jernih, bersih dari virus-virus dan bakteri-bakteri yang mengotori hati. Terbentuknya perilaku anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu faktor dari dalam maupun luar. Faktor luar seperti dari lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah selain itu faktor dari dalam bisa dari fisik anak, kecerdasan serta emosionalnya. Kita bisa menstimulasi anak sesuai dengan faktor yang mempengaruhi anak tersebut. Ketika anak mulai melakukan perilaku yang positif pada saat berdoa atau sesuai kita bisa memberikan perhatian, pujian serta hadiah berupa bintang, jika perilaku anak tidak sesuai maka bisa diberikan hukuman dengan cara mengajak untuk bernyanyi, bercerita, serta menasehati anak sambil mengajaknya melakukan sesuatu permainan. Hadiah yang diberikan
kepada pada saat berperilaku berdoa yang baik dan benar dan hadiah yang diberikan tidak selamanya dalam bentuk materi, dapat diberikan dalam bentuk pujian atau kata-kata.

Anak tidak selamanya berperilaku berdoa yang benar pada saat berdoa, sesekali ada saat anak melakukan perilaku yang tidak sesuai dan perlu sesekali diberikan hukuman. Dalam memberikan hukuman hendaknya para guru menghindari hukuman fisik, menghindari pemaksaan dan menghindari kekerasan, karena bisa berdampak negatif buat anak. Pemberian hukuman ini misalnya cukup dengan memberikan teguran, dan bisa mengajak anak untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat pada saat berdoa seperti mengajaknya untuk membaca doa yang telah diajarkan di Taman Kanak-kanak. Berdasarkan hasil observasi yang kelompok kami lakukan di TK Insan Madani, bahwa masih ada anak berperilaku yang tidak sesuai dalam berdoa, ada yang berbicara dengan temannya, diam, berjalan serta teriak-teriak. Perilaku berdoa sangat berpengaruh bagi perkembangan anak khususnya dalam pembentukan karakter. Jika menginginkan anak untuk berperilaku dan berkepribadian yang baik maka perlu membiasakan untuk berperilaku yang baik. Untuk membiasakan anak supaya bisa berperilaku yang baik pada saat berdoa perlu diberikan contoh, dorongan serta pemahaman tentang cara berdoa yang baik agar anak bisa terbiasa. Oleh sebab itu pihak guru atau pendidik yang harus berperan aktif dalam membiasakan berdoa kepada anak di Taman Kanak-kanak.
Proses pembiasaan meupakan suatu proses pembentukan perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang, untuk melakukan pembiasaan dibutuhkan seseorang yang bisa dijadikan suri tauladan atau seorang pendidik agar sesuai dan bisa dilakukan dengan benar dan menjadi terbiasa, seorang pendidik melakukan pembiasaan didasari dengan berbagai macam tujuan. Untuk membiasakan tentang kebiasaan yang baik kepada anak sangat diperlukan seorang pendidik atau guru yang bisa membimbing serta memberikan pemahaman dan pengulangan tentang bentuk kebiasaan baik yang dapat dilakukan oleh anak. Selain itu, guru juga harus bisa memahami perkembangan anak supaya bisa menjadi dasar untuk merancang kegiatan-kegiatan untuk menanamkan kebiasaan pada anak.
Dapat disimpulkan bahwa dalam membiasakan anak untuk berperilaku yang baik memerlukan seorang guru atau pendidik untuk mengarahkannya karena seperti yang kita ketahui tugas guru di sini adalah untuk membimbing, mengarahkan serta mendidik. Pada dasarnya dalam membimbing dan mengarahkan anak tentang cara perilaku berdoa yang baik, guru bisa mendapatkan perilaku-perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima maksudnya guru
dapat dengan mudahnya menerapkan keanak bagaimana cara pembiasaan perilaku berdoa yang baik dan benar, begitu juga sebaliknya guru bisa mengalami kesulitan dalam menerapkannya Kemampuan anak menirukan contoh dalam perilaku berdoa yang dilakukan oleh orang dewasa atau guru bukanlah hal yang mudah, mereka butuh waktu yang cukup lama untuk mengikutinya karena tidak semua anak memiliki perkembangan yang baik, masih ada anak yang tidak mampu untuk menengadahkan tangan serta melipat atau menyila kakinya dengan baik.



BAB III
                                      METODE PENELITIAN


Metode yang kami gunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Kami melakukan metode penelitian kualitatif dengan cara mengambil sample dari 30 murid di TK Insan Madani yang berada di kelas A dan B. Kami melakukan penelitian dengan cara kami mengunjungi kelas A dan B. Kami mengajak para murid untuk menghafal beberapa bacaan surat-surat pendek atau doa sehari-hari. Pertama kami mengunjungi kelas A. Kelas A terdiri dari 15 murid. Kami mengajak satu per satu  murid maju ke depan kelas untuk membacakan doa-doa pendek atau doa sehari-hari. Pada saat membacakan doa di depan kelas, masih ada murid yang merasa malu ketika disuruh membaca doa di depan kelas. Begitu juga ada yang belum lancar  dalam membaca doa sehinnga masih perlu dibimbing, tetapi ada juga yang membacanya cukup lancar tanpa harus di bimbing.. Rata-rata murid dari kelas A hanya membaca satu bacaan doa saja, tetapi ada juga yang membaca lebih dari satu bacaan doa. Doa yang di bacakan oleh murid kelas A rata-rata membaca surat-surat pendek al-qur’an.
Setelah mengunjungi kelas A kami mengunjungi kelas B. Kelas B terdiri dari 25 murid. Kami melakukan metode penelitian sama seperti di kelas A, yaitu mengajak para murid untuk maju ke depan kelas dan membaca doa-doa pendek atau doa sehari-hari. Berbeda dengan kelas A , di kelas B hampir semua murid membaca doa dengan lancar tanpa perlu di bombing, tetapi masih ada beberapa yang perlu di bimbing. Adapun yang merasa malu juga ketika membaca doa di depan kelas. Bahkan ada juga yang cukup percaya diri pada saat membaca doa di depan kelas. Rata-rata murid di kelas B membaca doa lebih dari satu bacaan doa. Doa yang di bacakan oleh murid kelas B rata-rata adalah doa sehari-hari.



BAB IV
Hasil Penelitian

A.    Hasil penelitian
Setelah melakukan penelitian pada murid TK Insan Madani dengan menggunakan metode hafalan surat-surat pendek atau bacaan doa sehari-hari yang dilakukan pada kelas A dan kelas B. Berikut ini adalah hasil penilitian para murid TK Insan Madani di kelas A dan B:
Ø  Hasil penelitian pada kelas A dinyatakan bahwa anak-anak pada kelas A cenderung kurang memahami bacaan doa. Begitu juga cara pengucapan lafaznya kurang jelas. Pada saat membaca mereka juga terlalu cepat cara pengucapannya, sehingga lafaznya kurang begitu jelas. Pada anak-anak kelas A masih banyak juga yang perlu dibimbing dalam membaca doa. Adapun yang membacanya dengan suara yang pelan, sehingga kami kesulitan dalam memahaminya.  
Pada anak-anak kelas A mereka cenderung lebih banyak mengobrol atau berbicara. Ada pula yang bertengkar dengan temannya,bermain bola di dalam kelas, menangis, sibuk dengan kegiatannya sendiri atau berlari-larian di dalam ruang kelas. Kondisi seperti ini sulit untuk anak-anak berkonsentrasi. Bahkan sulit untuk mendengarkan pengarahan yang di berikan oleh guru. Sehinga peran guru dalam memberi pengarahan sangat penting.
Ø  Hasil penelitian pada kelas B dinyatakan bahwa anak-anak pada kelas B cukup memahami dalam membaca doa. Begitu juga cara pengucapan lafaznya cukup jelas. Pada saat membaca doa mereka tidak terlalu cepat dalam membacanya sehingga mudah dipahami. Pada anak kelas B yang masih perlu dibimbing dalam membaca doa tidak banyak, hanya ada beberapa anak saja.
Pada kelas B mereka cenderung lebih tertib. Mereka cukup memahami pegarahan yang diberikan oleh guru. Kondisi seperti ini membantu anak-anak dalam berkonsentrasi dalam membaca doa. Sehingga guru pun menjadi lebih mudah dalam memberikan pengarahan.

B.   Hasil penelitin dalam bentuk tabel

No

Nama

Kelas

Umur
Jenis kelamin
Jumlah hafalan

Lancar
Agak tersendat
Kurang hafal
1
Abin
A
4
Laki-laki
2
ü    
-
-
2
Aila
A
4
Perempuan
1
ü    
-
-
3
Akmal
A
4
Laki-laki
1
ü    
-
-
4
Alfa
A
4
Laki-laki
1
-
ü    
-
5
Alfi
A
4
Perempuan
1
-
-
ü    
6
Anar
A
4
Laki-laki
1
-
ü    
-
7
Elfan
A
4
Laki-laki
1
ü    
-
-
8
Fayaza
A
4
Perempuan
2
-
ü    
-
9
Hafid
A
4
Laki-laki
1
-
ü    
-
10
Hafiz
A
4
Laki-laki
2
-
ü    
-
11
Haisan
A
4
Laki-laki
1
-
ü    
-
12
Icha
A
4
Perempuan
1
-
ü    
-
13
Rizki
A
4
Laki-laki
1
-
-
ü    
14
Trisna
A
4
Laki-laki
1
-
ü    
-
15
Yasmin
A
4
Perempuan
1
-
-
ü    
16
Ahmad
B
5
Laki-laki
1
ü   
-
-
17
Aura
B
5
Perempuan
1
ü   
-
-
18
Bagus
B
5
Laki-laki
1
ü   
ü   
-
19
Difa
B
5
Perempuan
2
-
-
-
20
Ega
B
5
Perempuan
2
-
ü   
-
21
Excel
B
5
Laki-laki
1
-
ü   
-
22
Fauzan
B
5
Laki-laki
2
ü   
-
-
23
Haykal
B
5
Laki-laki
2
ü   
-
-
24
Nabila
B
5
Perempuan
2
ü   
-
-
25
Naema
B
5
Perempuan
1
ü   
-
-
26
Rafha
B
5
Laki-laki
2
-
ü   
-
27
Reisa
B
5
Perempuan
2
-
ü   
-
28
Riki
B
5
Laki-laki
1
-
ü   
-
29
Siska
B
5
Perempuan
1
-
ü   
-
30
Widad
B
5
Laki-laki
2
-
ü   
-



BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan terhadap 30 anak di TK Insan Madani kami menarik kesimpulan bahwa umur dari anak mempengaruhi kesiapan dari anak itu sendiri dalam belajar. Pada anak yang masih duduk di kelas A cenderung hanya sekedar menghafal surat surat pendek tanpa memahami maknanya dengan baik, begitu pula dalam pelafalan saat membaca surat suratnya masih kurang jelas dan mereka juga kurang tertib saat guru meminta untuk melakukan hafalan di depan kelas. Anak yang pemalu cenderung lebih banyak diam menunduk, sesekali membaca tapi dengan suara yang sangat pelan sehingga sulit untuk memahaminya. Berbeda dengan murid murid di kelas B yang usianya lebih matang, mereka lebih mudah di arahkan, selain mampu menghafal lebih dari satu surat pendek ada juga yang dapat menghfal doa sehari hari. Sebagian anak hafal dengan baik arti dari doa tersebut. Mereka lebih percaya diri maju ke depan kelas, membaca dengan suara lantang dan teman-temannya juga memperhatikan dengan tertib.

Setiap anak juga berbeda cara belajarnya, ada yang cepat tangkap dalam menerima pelajaran ada juga yang kurang  tanggap. Kadang dia lebih tertarik untuk mengobrol bersama temannya daripada memperhatikan apa yang gurunya terangkan di kelas. Anak yang aktif biasanya menuruti perintah dari gurunya tetapi dia menjawab dengan suara yang keras agar mendapat perhatian dari anak yang lain.

Dengan penelitian ini diharapkan baik guru maupun orang tua mampu membantu anak belajar dengan cara yang tepat agar anak dapat menerima informasi lebih cepat. Karena proses belajar dan daya tangkap dari setiap anak berbeda.


DAFTAR PUSTAKA


Komentar

Postingan Populer